Mated to Brothers - PROLOG: SILAS: BAGAIMANA SEMUANYA DIMULAI
Silas
"Berantem! Berantem! Berantem! Berantem!"
Sebuah pukulan di pipi membuat kepalaku terjengkang ke belakang. Rasa sakit menjalar ketika bagian belakang kepalaku membentur tanah keras. Pukulan berikutnya membuat kepalaku menoleh ke samping. Aku menggeram, tapi terpotong oleh pukulan lain. Pukulan berikutnya meleset karena aku berhasil menggerakkan kepalaku ke kiri. Dia mengumpat dan menggoyangkan tangannya yang berdenyut. Itu adalah distraksi yang aku tunggu-tunggu.
Aku mengayunkan lenganku dan menyikut dagunya. Kepalanya terjengkang ke belakang dengan erangan. Aku memanfaatkan keadaan tidak seimbangnya untuk membalikkan posisi kami. Dia mendesis padaku dan memperlihatkan gigi tajamnya. Aku berhasil menarik lenganku sebelum giginya bisa menancap di kulitku, tapi itu juga berarti aku memberikan celah untuknya.
Pukulannya membuatku terlempar ke belakang. Aku jatuh ke tanah dengan erangan dan sebelum aku bisa bereaksi, tubuhnya kembali berada di atasku. Aku mendengar suara retak ketika tinjunya mengenai tulang pipiku beberapa detik sebelum rasa sakit menjalar. Perutku mual dan kepalaku mulai berputar. Rasa mual memenuhi diriku dan darah yang memenuhi mulutku hanya membuatnya semakin buruk.
Hal terakhir yang kulihat sebelum pingsan adalah saudaraku menerjang anak laki-laki di atasku.
"Pasti patah."
"Berapa lama sampai sembuh?"
"Kurang lebih tiga minggu. Itu kalau dia tidak berkelahi lagi sebelum itu."
"Terima kasih, dokter."
Langkah kaki berat dan kemudian pintu terbuka dan tertutup pelan sebelum keheningan memenuhi ruangan. Aku menarik napas dan langsung meringis. Setiap bagian tubuhku terasa sakit. Perlahan aku membuka mata dan menatap langit-langit. Mata kiriku bengkak dan mata kananku hanya terbuka setengah. Aroma ibuku tercium saat dia mendekat. Waktunya menghadapi amarahnya.
Aku perlahan menoleh ke arahnya. Dia berdiri di samping tempat tidurku dengan mata tertuju pada tanganku. Jari-jariku berkedut sebelum aku mengepalkan tangan. Kulit yang memar terasa kencang di sekitar buku-buku jariku. Aku menghela napas ketika tangan lembutnya menggenggam kepalanku.
"Ini harus berhenti, Silas," katanya pelan. "Kamu tidak bisa terus-terusan memulai perkelahian seperti ini."
"Dia yang mulai," gumamku. "Aku sudah mau pergi tapi dia tidak membiarkanku."
Kalau saja dia diam, aku pasti sudah pergi, tapi dia harus membuka mulut bodohnya. Kemarahan kembali mengisi diriku tapi aku cepat-cepat menekannya. Aku baik-baik saja. Aku pasti sudah membuatnya jatuh dalam hitungan detik kalau teman-temannya tidak muncul.
"Silas—"
Pintu kamar tiba-tiba terbanting terbuka dan kedua ayahku masuk. Mereka berdua menatapku dengan marah. Ibu menghela napas dan menjauh dariku. Aku langsung merindukan sentuhan menenangkannya. Dengan helaan napas, aku perlahan mendorong diriku ke posisi duduk. Ibu ada di sampingku, menyelipkan bantal di belakang punggungku.
"Terima kasih."
"Val, bisa kita bicara dengannya sendirian?"
"Aku tidak perlu keluar untuk itu. Dia anakku juga, kau tahu. Aku—"
"Val," ayah menyela.
Dia memberiku senyum kecil sebelum berjalan melewati mereka dan keluar dari ruangan. Jantungku berdegup kencang ketika mereka berbalik menghadapku. Mataku tertunduk. Gelombang yang mereka kirimkan kepadaku sama dengan gelombang yang Ethan gunakan pada anggota kawanan. Dia mewarisi semuanya dari mereka.
Kepalaku menunduk. "Dia yang mulai."
"Aku tidak peduli siapa yang memulai. Kamu seorang Alpha. Tugasmu menjaga perdamaian dan tidak memulai perkelahian!"
"Aku bukan Alpha," gumamku, mengangkat kepala untuk menatap mereka dengan tajam. "Kita berdua tahu bahwa aku tidak akan pernah menjadi Alpha. Itu tugasnya Ethan."
"Aku tidak suka kalau kamu mencoreng nama keluarga kita."
"Ibumu sudah bekerja keras untuk mendapatkan rasa hormat dari kawanan ini, terutama para tetua," kata Devon dengan lembut sambil melangkah lebih dekat. "Ini bukan pertama kalinya kamu memulai perkelahian."
"Aku tidak—"
"Diam!" dia berteriak, langsung membungkamku. "Aku sudah muak dengan perilakumu yang sembrono. Apa yang kamu harapkan dari semua ini? Kenapa kamu selalu keluar dan memulai perkelahian yang bahkan tidak bisa kamu selesaikan?"
Kepalaku terangkat saat kata-katanya menembus pikiranku. "Aku akan menyelesaikannya jika Ethan tidak selalu mengganggu—"
"Kalau dia tidak melakukan apa yang dia lakukan, kamu sudah mati sekarang!" Wajah David memerah. Tangannya mengepal di sampingnya.
Mataku terkunci dengan matanya selama beberapa detik sebelum tertunduk. Matanya berkedip antara hitam dan coklat. Serigalanya hampir muncul ke permukaan. Aku mengatupkan bibir dan mengalihkan pandangan dari mereka. Mataku tertuju pada tangan yang terkepal di pangkuanku.
Apa yang istimewa dari dia? Kenapa dia selalu dipuji? Kenapa dia selalu mendapatkan semua perhatian? Ethan yang hebat, calon Alpha dan putra Devon dan David. Si kembar yang bisa berubah seperti semua orang di kawanan. Yang selalu mendapat nilai A dan tidak pernah bermasalah.
"Kenapa kamu tidak bisa lebih bertanggung jawab seperti Ethan?" tanya Devon dengan lembut. "Kamu sudah delapan belas tahun, Silas. Kamu harus mulai membuat keputusan yang benar."
David bergerak menuju pintu. Dia memegang gagang pintu tapi berbalik lagi. Mata mereka terkunci selama beberapa detik sebelum melirik kepadaku.
"Kamu akan dihukum dengan cambuk. Ayah anak-anak itu memintanya sebagai hukuman."
"Bagaimana dengan Ethan?" tanyaku. "Apakah dia juga akan dihukum?"
"Tidak," geramnya. "Kamu yang memulai perkelahian dan kamu yang akan dihukum."
Pintu tertutup dengan keras di belakangnya. Aku menatap pintu selama beberapa detik sebelum melirik ke arah Devon. Dia menatap lantai. Devon menghela napas keras dan mengusap rambutnya.
"Kita akan melihatmu di podium dalam setengah jam."
"Kamu menghukumku di depan semua orang?"
"Ya." Dia menatapku. "Itu pilihan yang lebih baik daripada ayahnya yang mencambukmu sendiri. Ibumu juga tidak akan membantumu, Silas. Kalau kamu mau mendengarkan, kita tidak perlu menghukummu seperti ini."





























































































































































