Bab 2
Malam semakin larut, udara dingin menyentuh tubuh dan kini keduanya tengah berbagi selimut yang sama untuk menutupi tubuh polos mereka. Tidak terlihat ada kecanggungan di antara Sean dan Anna. Mereka kini jauh lebih nyaman. Sepertinya hubungan badan yang mereka lakukan, membuat Sean dan Anna terlihat lebih dekat. Tanpa ragu Anna menyenderkan tubuhnya didada bidang Sean. Memeluk pinggangnya tidak terlalu kuat, namun itu cukup untuk menghangatkan.
"Kak Sean," ucap Anna membuka suara.
"Kau belum tidur?" Anna menggelengkan kepalanya. Sean dengan reflek mengelus surai rambut Anna dengan halus.
"Iya Kak, aku belum mengantuk. Apa Kak Sean sudah mengantuk?" kini giliran Sean yang menggelengkan kepalanya, sedangkan tangannya masih sibuk mengelus lembut rambut Anna.
"Aku tau Kak Sean tidak mencintaiku. Tapi tidak apa, aku akan tetap berusaha menjadi istri yang terbaik untuk Kak Sean."
Pria itu kemudian mengendurkan pelukan Anna dan beralih memiringkan tubuhnya sehingga kini ia dapat menatap Anna dengan leluasa, "kalau kau tau aku tidak mencintaimu, kenapa mau menerima perjodohan ini?"
Anna menatap manik Sean yang terlihat penasaran. Gadis itu tersenyum, lalu mulai membuka suara kembali.
"Karena Kakek. Aku tidak ingin menolak keinginan Kakek. Dari kecil aku hanya hidup berdua dengannya. Seumur hidup, Kakek tidak pernah meminta apapun dariku. Dan saat Kakek memintaku untuk menikah denganmu, aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya," Anna menjeda ucapannya. gadis itu menahan nanarnya yang mulai berkaca-kaca. Anna terlampau sensitif jika menyangkut Kakeknya, sebab Anna sangat menyayangi Kakeknya. "Kakek adalah hidupku, Kak. Aku tidak tau apa jadinya kalau Kakek tidak ada disisiku. Aku sangat menyayanginya. Sangat sayang."
"Hanya itu?" Sean kembali bertanya.
Sebenarnya Anna paham, arah dari pertanyaannya Sean. Sebelum pernikahan digelar, sehari sebelumnya Sean menyempatkan datang ke toko kue milik Kakeknya. Dan saat itu, Anna tidak sengaja mendengar obrolan mereka. Kakek Anna dengan semangat menceritakan bagaimana Anna sudah mengagumi Sean dari dulu. Awalnya Sean nampak terkejut dengan apa yang dikatakan Kakek Anna, sebab Sean memang tidak mengenal Anna. Bertemu saja tidak pernah. kemudian obrolan itu berlanjut hingga Kakek Anna menceritakan masa kecil Anna hingga kini usianya sudah menginjak 23 tahun.
“Tidak. Sebenarnya aku juga mencintaimu.” Ucap Anna terlampau jujur.
Entah apa yang ada di pikiran Sean sekarang, setelah mendengar pengakuan cinta dari Anna. Anna tipikal gadis yang tidak suka basi-basi. Maka dari itu, mengaku bahwa ia mencintai Sean pun tidak masalah baginya. Menurutnya, cepat atau lambat pun Sean akan mengetahui perasaannya. Jadi gadis itu berpikir jujur sekarang tak apa. Justru dengan Sean tau perasaannya, Anna berharap pria itu bisa membuka sedikit hatinya untuk Anna.
“Aku mengagumimu sejak dulu. Entah mulai kapan perasaan ini berubah menjadi cinta. Tapi yang harus Kak Sean tau, aku ini penggemarmu hehe. Adik tingkat cupu yang tidak punya nyali seperti gadis-gadis cantik dan populer yang dulu sering mendekatimu,” Anna mengulum senyum tatkala mengingat betapa irinya dia pada wanita-wanita yang dengan bebas berdekatan dengan Sean, tidak seperti dirinya yang hanya bisa menatapnya dari kejauhan. “Aku Tidak menyangka, justru sekarang Kak Sean menjadi Suamiku.”
“Tapi aku tidak mencintaimu, Anna. Seperti yang ku katakan dipernikahan tadi, bahwa aku mau menerima perjodohan ini karena Bunda. Apa kau yakin akan bertahan denganku? sedangan aku tidak tahu, ke depannya aku bisa mencintaimu atau tidak. Dan kemungkinan lain aku bisa saja mencintai wanita lain.”
Kata-kata yang terlontar dari mulutnya begitu menyakitkan. Bohong jika Anna baik-baik saja. Sean sengaja mengatakan hal itu. Pria itu tidak ingin jika Anna terlalu mencintainya. Sedangkan dirinya, masih sulit untuk membuka hati untuk siapapun. hatinya sudah terkunci rapat. Anna tidak tau betapa kelamnya hidup Sean dulu, hingga pria itu kini lebih memilih untuk tidak mencintai siapapun. Lagi pula, apa yang dikatakan Sean memang benar. Anna juga sempat ragu dengan dirinya, apa dia bisa bertahan atau tidak. Tapi yang jelas, Anna bukan wanita lemah atau pun bodoh sehingga diperbudak oleh cinta. Anna tidak mau jika rumah tangganya rusak karena orang ketiga. Sekalipun dalam pernikahannya, hanya Anna yang mencintai Sean. Tetap saja Anna tidak ingin wanita lain hadir mengusik rumah tangganya bersama Sean.
“Sampai hari itu tiba, kalau kau mencintai wanita lain. maka aku yang akan pergi Kak. Aku tidak ingin kau menduakanku. meskipun kau tidak mencintaiku, tapi diduakan pasti akan sangat menyakitiku."
Meskipun hatinya terluka karena kejujuran Sean, namun ia tetap mencoba tersenyum dan melampiaskan semua rasa yang Anna rasakan pada Sean. “Tapi aku harap, saat itu tiba__malaikat kecil sudah hadir dalam rumah tangga kita. Agar ketika aku harus pergi, aku sudah memiliki kenangan darimu yang ada di dalam diri anak kita nanti.”
“Sudah larut malam, tidurlah. Kau pasti lelah.”
Sean menaikkan selimut Anna, lalu mencium kening gadis itu. Tanpa mengindahkan ucapan Anna tadi, Sean memilih tidur dengan posisi memunggungi Anna.
Aneh. Itulah satu kata yang bisa menggambarkan keadaan mereka saat ini. Mereka melakukan hubungan intim namun tak ada rasa cinta dari Sean. Dan ketika Anna membahas mengenai anak, Sean seolah tidak ingin membahasnya. Lalu Anna dianggap apa oleh Sean? hanya pemuas hasrat? sungguh ironis.
Keadaan seperti ini tentu tidak adil bagi Anna. Namun, Anna tidak dapat berbuat apapun. memaksa perasaan Sean untuk mencintainya tentu sama sekali bukan haknya. Biarlah Anna menjalani kehidupannya bersama Sean. Menyandang istri CEO kaya Arsean Dhanesa Adibrata.
“Mimpi indah, Kak.” Bisik Anna kepada Sean. Tanpa malu, Anna memeluk Sean dari belakang dengan erat.
