Bab 3
Flashback dua minggu yang lalu.
Sang surya sudah menampakkan cahayanya menerangi seluruh alam. Sebagai pertanda bahwa kehidupan saat ini tengah sibuk dengan rutinitas penduduk bumi. Tak terkecuali Anna. Gadis itu ikut terlihat sibuk dengan kegiatannya yang sedang berlari masuk ke dalam lift. Lima menit lagi interview dimulai. Syukurlah, Anna masih mendapat ruang untuk masuk, melihat lift itu sudah dipenuhi para pegawai yang akan bekerja. Nafas Anna masih tidak beraturan akibat berlari tadi. Dia mengintrupsi dirinya sendiri agar lebih tenang dengan mengatur nafasnya perlahan. Sebenarnya bukan karena berlari yang membuat jantung Anna berpacu lebih cepat. Tapi karena ia gugup, hari ini merupakan hari pertama interview di perusahaan impiannya yaitu SYG Corp.
SYG Corp merupakan perusahaan raksasa yang sudah terkenal di seluruh penjuru negeri. Perusahaan ini sudah memiliki ratusan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan SYG Corp pun tengah mengepakkan sayap dikancah luar negeri. Untuk itu, tidak sembarang orang bisa bekerja di sana. Hanya orang-orang kompeten yang dapat diterima.
Mungkin dewi fortuna sedang berpihak pada Anna. Sehingga di sinilah Anna, ia akan mengikuti interview. Hanya bermodalkan ijazah S1 Hukum dan beberapa pengalaman organisasi, serta sertifikat pedukung lainnya yang Anna miliki, lantas ia mencoba melamar di posisi Staf Hrd. Pikir Anna akan mustahil jika ia dipanggil. Mengingat Anna baru saja lulus dan menyandang status freshgraduate maka kesempatannya akan sangat kecil. Tapi ternyata dugaannya salah. Tepat 3 hari yang lalu saat dirinya sedang membuat kue, Anna dihubungi oleh tim rekrutmen perusahaan SYG Corp guna memenuhi undangan untuk melakukan interview di hari ini.
Setelah melakukan rangkaian test beberapa hari, akhirnya Anna di terima di perusahaan SYG Corp. Anna tak mampu menyembunyikan raut wajah bahagianya. Gadis itu pun tidak sabar ingin membagi kebahagiaan ini kepada sang Kakek.
“Anna, kau bisa mulai bekerja besok. masa trainingmu selama 3 bulan. Dan selama itu pula, saya akan menentukan kau layak bekerja di sini atau tidak. Kau mengerti?” ucap Almeda selaku Kepala Hrd.
“Baik bu, saya mengerti. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk perusahaan ini.”
“Saya hanya perlu bukti, Anna. Sekarang kau boleh pulang. Tapi ingat, besok jangan sampai telat.” seru wanita berusia 40 tahun itu.
“Siap bu, saya tidak akan telat. Kalau begitu saya pamit dulu.”
senyuman diwajah cantik Anna terus mengembang. Ia benar-benar tidak menyangka akan diterima di perusahaan impiannya. Dan kabar ini pasti akan membuat Kakeknya senang. Dengan menaiki motor miliknya, Anna pun pulang.
Gantari Bakery and Cafe. Di sinilah Anna sedang berlari masuk ke dalam hendak mencari keberadaan sang Kakek. Tempat ini merupakan usaha milik keluarga Anna sejak tahun 90an. Hingga kini masih mampu berdiri dan dikelola oleh Kakek Anna.
Anna mencari ke seluruh area toko bakery, namun tak kunjung ditemukan. Tidak biasanya Kakek Anna pergi disaat jam makan siang seperti ini. “Deva, Kakek dimana? daritadi aku cari tidak ada. Apa Kakek pergi?” tanya Anna pada salah satu pegawai yang cukup akrab dengan Anna.
“Kakek ada di kafe ann. Sedang bertemu seseorang.”
“Seseorang? ah, baiklah. Terima kasih ya, aku kesana dulu.” Deva menganggukkan kepala disusul dengan kepergian Anna menemui kakeknya.
Toko bakery dan cafe ini masih berada dalam satu gedung yang sama. Jadi tidak butuh waktu lama Anna dapat menemukan keberadaan Kakeknya. Benar saja Kakek Anna memang sedang bertemu dengan seseorang, lebih tepatnya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan awet muda. Perlahan namun pasti, Anna melangkah menuju area pojok kanan kafe tempat Kakeknya berada.
“HAH?MENIKAH?”
Anna terkejut saat ia mendengar percakapan antara Kakeknya dan wanita itu yang sedang membicarakan rencana pernikahan. Mendengar suara Anna yang cukup nyaring ditelinga, kedua orang yang tengah asyik mengobrol itu pun serentak menatap Anna yang tengah diam mematung menunggu jawaban atas apa yang sudah didengarnya barusan.
“kau sudah pulang, Ann? sini sayang.” Mahendra, Kakek Anna meminta cucunya tersebut untuk duduk di sampingnya. Anna dengan menurut pun ikut duduk di samping sang Kakek.
“Dia Anna, Kek?” wanita paruh baya itu membuka suara. tatapannya begitu hangat saat menatap Anna. Mahendra menganggukkan kepala tanda bahwa memang yang berada di sampingnya ini adalah Anna cucu kesayangannya.
“Kau cantik sekali sayang, persis seperti Mamamu.”
Anna masih menatap bingung. Pasalnya ia sama sekali tidak mengenal wanita yang tengah duduk di hadapannya. Sedangkan, sepertinya wanita ini sangat mengenalnya dan juga mendiang Mama Anna.
Seolah tau dengan isi kepala Anna, wanita itu mulai bertanya kembali. “Anna, kau tidak ingat denganku?” dengan ragu Anna menggelengkan kepala.
“Maaf tante, Anna tidak ingat.”
“Ah_tidak apa, kau pasti lupa. Karena saat kita bertemu dulu, kau masih berumur 5 tahun.” ucapnya memaklumi. Wanita itu lantas tersenyum. “Kenalkan, aku Arundari. Sahabat dari mendiang Mamamu.” Arun mengulurkan tangannya dan dengan segera disambut oleh tangan Anna. Wanita itu lagi-lagi tersenyum melihat wajah Anna yang cantiknya sama persis seperti Elina, Mama Anna.
“Soal pernikahan yang aku dengar tadi__kakek tidak berniat untuk menikah lagi kan? sungguh kalau kakek menikah aku benar-benar tidak setuju.” tukas Anna tidak terima.
“Sayang, mana mungkin Kakek menikah. Kakekmu ini sudah tua.”
“Lalu siapa yang akan menikah? Kakek dan Tante Arun tadi sedang membicarakan rencana pernikahan kan?” Anna masih menuntut jawaban atas apa yang didengarnya tadi.
“Kakek dan Arun membicarakan rencana pernikahanmu dengan putra semata wayangnya, sayang.”
Bola mata Anna membelalak sempurna. Anna terkejut. Benar-benar masih shock. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba sudah dijodohkan saja.
“Aku? dijodohkan? kenapa tiba-tiba sekali?”
