Bab 6

‘Cos ah ah I’m in the starts tonight..So watch me bring the fire and set the night alight. Shining trough the city with a little funk and soul…So I’mma light it up like dynamite…woahohoo’

Siapa yang tidak mengenal BTS. Boygroup asal Korea Selatan itu kini tengah mendunia berkat lagu Dynamite milik mereka. Anna adalah salah satu penggemar boyband yang beranggotakan tujuh pria tampan tersebut. Dan pagi ini dengan lantang Anna menyanyikan lagu itu dengan irama yang dibuatnya sendiri. Anna suka bernyayi di dalam kamar mandi. Baginya, kamar mandi adalah tempat yang cocok untuk bernyanyi. Rasanya, setiap kali menyanyi di sana kadar suara Anna terdengar lebih merdu.

Berbeda dengan Anna yang tengah menikmati lantunan lagu yang ia nyanyikan, di sisi lain Sean tersiksa dengan suara Anna yang terlampau cempreng. Pria itu mengumpat karena suara Anna, tidurnya jadi terganggu. Sean itu suka keheningan. Namun, kini mau tidak mau harus berubah. Sepertinya Sean harus terbiasa mendengar alarm pagi dari suara Anna.

“Astaga, Anna! bisa-bisanya dia bernyanyi dengan suara nyaring seperti itu. Sungguh aku masih sangat lelah. Ingin tidur.” Protes Sean yang sangat terganggu dengan suara Anna.

‘Fake love…Fake love..I’m so sorry but its fake love…huyeee’

Kali ini dengan lagu yang berbeda Anna bernyanyi kembali. Anna seperti sedang melakukan konser di dalam kamar mandi. Gadis itu tidak tahu saja, kalau suaminya sangat terganggu dengan suaranya.

“ANNA!! HENTIKAN! apa kau ingin membuat telingaku pecah!” lagi-lagi Sean protes. Pria itu sudah tidak tahan dengan suara Anna.

Meskipun Sean berteriak, percuma saja. Karena Anna tetap tidak mendengar. Jangan lupakan jika kamar mereka dilengkapi dengan kedap suara. Sedangkan area kamar mandi memang tidak dipasang.

“AHHHHKKKK!”

Suara teriakan Anna menggema, saat Sean masuk ke dalam kamar mandi dengan seenaknya. “Kak Sean__kau sedang apa di sini?” Anna menutupi tubuh polosnya dengan kedua tangannya. Namun, percuma tetap saja kedua tangannya tidak akan menutupi seluruh tubuhnya.

“Aku ingin buang air kecil.” Ujarnya datar tanpa menghiraukan Anna yang terlihat panik karena kehadirannya.

“Tapi kenapa di sini?”

“Karena di sini kamar mandinya, Anna. Tidak mungkin kan aku buang air kecil di kamar tidur.”

“Ih bukan itu Kak. Maksudku, kenapa Kak Sean masuk kesini. Aku kan sedang mandi. Aku malu.”

“Kak Sean! jangan lihat kesini! berbalik ih jangan lihat sini!” ucap Anna panik saat Sean berbalik menatapnya. Sean tetap tidak mengindahkan permintaan Anna. Pria itu justru tetap menatapnya.

“Tidak usah malu. Aku sudah melihat itu semua semalam.”

Astaga mulut Sean memang terlampau jujur. Tapi bukankah dengan berkata seperti itu, justru semakin membuat wajah Anna memerah. Lebih parahnya lagi, saat mengatakan hal itu wajah Sean terlihat datar. Kalau pria normal melihat istrinya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang satu pun pasti bisa saja langsung menerkam seperti hariamu yang ingin menerkam mangsanya. Apalagi ini masih pagi. Biasanya hormon pria akan meningkat jika dipagi hari. Tapi, Sean tidak sama sekali. Pria itu tidak menunjukkan gesture apapun. Selain menatap Anna dengan wajah datarnya.

Jangan berpikir kalau Sean tidak normal. Pria itu normal kok. Hanya saja ia menahan diri karena tahu kalau area bawah istrinya masih terasa sakit karena ulahnya semalam.

“Anna…”

Sean melangkah lebih dekat. Anna refleks berjalan mundur hingga langkahnya terhenti karena terbentur dinding. Kini wajah Sean semakin maju lebih dekat, sehingga membuat Anna menutup kedua matanya. “Kalau mandi yang bersih. Ada busa ditelingamu.” ucapnya seraya membersihkan busa yang ada ditelinga Anna.

“Bukalah matamu, Anna. Jangan berpikiran mesum. Atau tidak, aku akan benar-benar mewujudkan apa yang ada dipikiranmu saat ini.” Anna langsung membuka kedua matanya. Dia benar-benar malu. Sean berhasil membuatnya tidak berkutik. Sean menang.

Sean tersenyum gemas melihat wajah Anna yang kini benar-benar terlihat seperti kepiting rebus. Setelah dirasa puas, pria itu pun memilih pergi masih dengan senyumannya yang mengembang karena tingkah Anna.

Anna terlihat sedang sibuk memasak sarapan pagi. Ini merupakan hari pertama Anna menginjakkan kaki di dapur rumah barunya bersama Sean. Tidak jauh berbeda dengan dapur miliknya, namun di rumah Sean fasilitasnya jauh lebih lengkap dan modern. Semua bahan sudah Anna potong dan iris dengan rapih. Dengan lihai Anna pun mulai menggoreng satu persatu bahan makanan yang sebelumnya sudah ia siapkan. Menu sarapan pagi ini adalah nasi goreng. Anna teringat ucapan bunda Arun yang menyatakan bahwa makanan kesukaan Sean adalah nasi goreng. Anna berinisiatif untuk membuat nasi goreng, mengingat jika nasi goreng sangat cocok disajikan ketika pagi hari ditambah dengan telur mata sapi dan kerupuk.

Memasak merupakan hobi Anna dari kecil. Kakeknya pernah berkata jika Elina pun sama seperti Anna suka memasak. Jadi tidak heran jika Anna pandai memasak semua jenis makanan. Mudah atau tidaknya level masakan yang Anna buat, tetap saja Anna selalu fokus pada setiap masakannya. Karena terlalu fokus, sampai Anna tidak menyadari bahwa Sean sudah berdiri tepat di belakang Anna.

“Apa kau masak nasi goreng?”

Anna terjingkat saat Sean bersuara sembari memajukan wajahnya tepat di dekat tengkuk leher Anna.

“Astaga Kak Sean! kau mengagetkanku!” hampir saja Anna terdorong hingga tangannya ingin menyentuh wajan penggorengan. Untunglah Sean dengan sigap menarik tubuh Anna ke dalam dekapannya. Kedua mata mereka bertemu. Detak jantung Anna mungkin dapat didengar Sean dengan jelas.

Bab Sebelumnya
Bab Selanjutnya