Bab 7
“Hati-hati, Anna. Jangan sampai terluka.”
“I-iya Kak, aku akan lebih hati-hati lagi.”
Padahal dalam hati Anna dia merutuk. Kalau bukan karena kehadiran Sean yang muncul dengan tiba-tiba, Anna tidak akan seceroboh tadi. Namun, Anna tidak ingin berdebat pagi ini. Cukup mengiyakan Sean, dan masalah selesai.
“Kak Sean, kenapa masih di sini? pergilah. Kalau sudah matang aku akan memanggilmu.”
“Kenapa malah mengusirku? ini kan dapurku.”
“Bukan dapurmu. Tapi dapur kita. Jangan lupakan kalau aku sekarang istrimu, Kak.”
“Baiklah, aku akan menunggu di ruang tv.”
Sean akhirnya menyerah. Pria itu membiarkan Anna memasak dengan bebas. Yang terpenting bagi Sean, dirinya akan sarapan dengan makanan kesukaannya. Sean itu irit berbicara. Dari dulu Anna pun sudah tau karakter Sean. Meskipun Anna berbeda jurusan dengan Sean ketika kuliah dulu, tapi gadis itu tau semua tentang Sean. Keahlian bawaan dari seorang wanita adalah mereka handal dalam mencari tau segala hal mengenai seseorang yang ditaksirnya. Bahkan banyak pepatah yang mengatakan bahwa ‘FBI akan kalah dengan skill wanita yang sedang jatuh cinta’ dan Anna termasuk salah satunya.
“Benar kata Bunda, Kak Sean pasti akan datang ke dapur jika ia mencium aroma bau nasi goreng. Sesuka itukah kau dengan nasi goreng, Kak? baiklah, aku akan membuatkan nasi goreng spesial untukmu.” Monolog Anna seraya tersenyum.
Di ruang tv Sean sedang menonton berita pagi. Sembari menunggu masakan matang, Sean memakan buah apel yang ia ambil dari kulkas. Mungkin terlalu lama atau memang rasa kantuk Sean besar, hingga dirinya kembali tertidur di sofa.
“Astaga, apa hobimu memang tidur, Kak?”
Anna terkekeh saat ia hendak mengajak Sean makan justru mendapati suaminya tengah tertidur pulas. Anna pun menghampiri Sean dan berjongkok tepat di hadapannya.
“Wajahnya sangat menggemaskan saat tidur seperti ini. Berbeda sekali saat terbangun, wajahnya menakutkan tapi tampan. Dan aku tetap suka hehe.” Anna menatap wajah Sean dengan kedua tangannya sebagai tumpuan wajah.
“Apa aku semenakutkan itu?”
Ucapan Sean yang tiba-tiba, membuat Anna terperanjat kaget. Untung saja Anna tidak terjungkal karena ia masih bisa menahan beban tubuhnya. Setidaknya ia tidak akan memalukan diri sendiri di hadapan Sean karena adegan jatuh.
Sean membuka matanya perlahan dan mendapati Anna yang masih terlihat gugup. “Kenapa hanya diam? apa pertanyaanku sulit bagimu?” Anna mengerjap.
“Ti-tidak__ bukan begitu maksudku. Eummm Kak a-ayo kita sarapan, makanannya sudah matang.”
Anna gugup, ia takut jika Sean tersinggung dengan ucapannya tadi. Maka dari itu, Anna berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Beruntunglah Anna, karena Sean segera beranjak bangun. Pria itu pun nampaknya tidak ingin memperpanjang hal itu. Sean berjalan menuju ruang makan disusul dengan Anna yang ikut berjalan di belakangnya.
Setelah Sean duduk di meja makan, Anna pun mulai menyiapkan makanannya. Tak lupa Anna juga menuangkan segelas air mineral serta jus jambu untuk Sean. “Aku tidak tahu selera Kak Sean seperti apa, tapi aku harap Kak Sean suka dengan masakanku.”
Tanpa menjawab Anna, Sean mulai melahap nasi goreng ke dalam mulutnya. Dahinya mengerut saat pertama kali mencoba masakan Anna. Melihat wajah Sean yang sulit diartikan membuat Anna gusar. Sean kini tengah menatap Anna penuh arti. Sedangkan Anna hanya terdiam, menunggu Sean untuk mengatakan sesuatu terkait masakannya.
“Anna…”
Akhirnya suara Sean terdengar juga. Tapi, bukan itu yang ingin Anna dengar dari mulut Sean.
“Kenapa, Kak? apa makanannya tidak enak? sini biar aku ganti, aku akan masak lagi.” Saat hendak mengambil piring berisi makanan yang dimakan Sean, namun tangan Anna lebih dulu ditahan olehnya. Anna pun terlihat bingung.
“Kenapa menyimpulkan sesuatu sendiri? aku kan belum selesai bicara. Masakanmu enak, Anna. Aku suka.”
“Hah? benarkah? masakanku sungguh enak, Kak?” Sean mengangguk seraya masih sibuk memakan nasi goreng buatan Anna dengan lahap.
“Kalau begitu, mulai sekarang aku akan memasakkan makanan untukmu, Kak. Apapun dan kapan pun kau ingin, aku pasti akan memasakkannya untukmu.” Anna sangat senang atas pujian dari Sean.
“Dengan senang hati aku akan memakannya.”Pria itu tersenyum melihat antusias sang istri.
“Tampan.” Gumam Anna spontan.
“Apa kau mengatakan sesuatu?”
“Hah? aku? tidak, Kak. Aku tidak mengatakan apapun.”
Anna melahap makanannya untuk menyembunyikan kegugupannya. Terkutuklah mulut Anna yang nakal itu, karena berbicara sesuka hati. Tapi, Anna memang tidak bisa menahan saat Sean tersenyum, pria itu terlihat sangat tampan saat tersenyum. Hari pertama menjadi seorang istri ternyata sangat menyenangkan bagi Anna. Bisa melayani suami dan dipuji masakannya oleh Sean, tentu saja membuat Anna begitu bahagia.
Derap langkah kaki Anna semakin dekat dengan objek yang sedang duduk santai membaca buku bacaan ditangannya. Menurut Anna, kadar ketampanan Sean meningkat saat sedang fokus membaca buku.
“Kak Sean!”
Pekikkan Anna membuat atensi Sean beralih menatapnya.
“Ada apa?”
Pria berkulit putih pucat itu pun menutup buku yang sedang dibacanya dan memilih mendengarkan Anna yang kini sudah duduk dihadapannya.
“Kak, aku bosan. Bukankah seharusnya kita pergi honeymoon? seperti pasangan pengantin baru lainnya.”
“Honeymoon atau tidak, menurutku sama saja. Lagi pula kita bisa melakukannya di sini kan? atau kau ingin lagi sekarang?” tanya Sean dengan wajah menggoda.
“Hah? aku tidak mengerti apa maksud Kak Sean.”
Anna itu polos, dia tidak mengerti dengan bahasa yang dimainkan Sean. Lagi pula bukan itu jawaban yang ingin di dengar Anna.
“Maksudku, apa kau ingin kita bercinta lagi seperti semalam? kalau kau ingin, ayo kita lakukan lagi.”
Ucapan Sean yang terlampau mesum, sukses membuat kedua bola mata Anna membulat sempurna. Demi Tuan Crab yang tidak bisa memakan dirinya sendiri, Anna tidak bermaksud ingin bercinta seperti yang dikatakan Sean tadi.
