Bab 3
Membaca sampai di sini, Sanny Chandra berpikiran cabul….
Berikutnya adalah terkait kompensasi pemberian Jordan Wijaya. Belanja tanpa batas setiap bulan, serta sumber daya dalam dunia hiburan, ada yang suka bisa dipilih sesuka hati.
Dapat dikatakan jika Liviani Chandra menikah kemari, selain harus menjadi janda dalam hubungan seksual, dia akan mendapat perlakuan unggul dalam hal lainnya.
Setelah selesai membaca, Sanny Chandra mengangkat kepala dengan hati-hati, ingin melihat dari ekspresi Jordan Wijaya apa maksudnya memperlihatkan ini padanya, tepat bertemu dengan tatapan Jordan Wijaya yang seperti bisa memandang menembus pakaiannya….
Sanny Chandra bergegas berdeham dengan canggung, lalu berpura-pura tidak pernah diam-diam meliriknya, “Abang ipar, untuk apa kamu perlihatkan ini padaku?”
“Selain ingin kamu lakukan, masih bisa apa lagi?” Jordan Wijaya mengangkat alis.
Sanny Chandra bergegas bergeleng, “Aku tidak mau! Pernikahan yang seperti ini, hanya ada kepuasan material bagi pihak wanita, meski hidupnya sangat mewah, tetapi manusia memiliki perasaan, aku tidak bisa terima pernikahan seperti ini.”
Dia masih memiliki bayangan terhadap cinta, meski pacarnya yang sekarang bergelut dengan kakaknya, tetapi dia juga bisa mencari yang berikutnya. Yang dia inginkan adalah pernikahan yang bahagia, bukanlah pernikahan yang berdiri di atas kontrak, hanya sekedar berpura-pura sebagai suami-istri mesra di muka.
Jordan Wijaya mengernyit, tatapannya pada Sanny Chandra seperti sedang mengejek ketamakannya, “Kamu ingin kepuasan biologis?”
Sanny Chandra, “….” Tidak! Abang ipar! Kamu salah paham dengan maksudku!
Wajah Sanny Chandra merah karena canggung, dia sedikit panik, tidak tahu harus bagaimana menjelaskan dengan Jordan Wijaya.
Namun Jordan Wijaya mengernyit sesaat, seolah-olah membulatkan tekad, dia bangkit berdiri. Jarinya yang ramping menjulur ke arah dasi, hanya dengan beberapa gerakan singkat, dasinya sudah dilepas dan dibuang ke samping, lalu dengan tangkas dia mulai melepaskan baju.
Sanny Chandra membelalak, sedikit tidak paham mengapa Jordan Wijaya melepaskan baju di depannya.
Meski Jordan Wijaya tampan, tetapi dia bukanlah orang yang tidak punya batas moral. Jangan kira dengan godaan pria tampan bisa membuatnya setuju!
Jordan Wijaya sudah mulai melepaskan kancing kemeja. Seiring dengan kancing yang dibuka, samar-samar menunjukkan otot dadanya yang seksi….
Sanny Chandra menelan ludah, “Abang ipar, kamu….”
Tidak menunggu Sanny Chandra selesai berbicara, Jordan Wijaya sudah memotong perkataannya, “Terlalu banyak seks tidak baik untuk badan, satu hari paling banyak puaskan kamu satu kali, kamu jangan terlalu tamak.”
Sanny Chandra, “….?”
Tepat ketika Sanny Chandra bingung kapan dirinya tamak akan kepuasan seks, Jordan Wijaya sudah melepaskan semua kancing kemeja. Setelah kemeja putih dilepaskan, tampaklah badannya yang kokoh. Garis ototnya begitu seksi, namun tidak tampak terlalu kekar.
Sanny Chandra merasa ‘pakai baju tampak kurus, lepas baju tampak berotot’ sangat cocok digunakan pada abang iparnya. Tidak lepaskan baju sama sekali tidak tahu postur badannya begitu bagus.
Akan tetapi….
Dia tidaklah begitu tamak akan kepuasan seks!
“Baring di kasur.” Jordan Wijaya berkata dengan nada datar, lalu dia menambahkan, “Bajunya lepas sendiri.”
Sanny Chandra merasa tatapan Jordan Wijaya seolah-olah sedang mengatakan, jangan harap aku bantu kamu lepas baju….
Sanny Chandra memegang erat kerah kemejanya, “Bukan, Abang ipar, kamu salah paham, maksudku bukan itu. Aku tidak punya kebutuhan di bagian ini, aku hanya sekedar ingin nikah dengan orang yang aku sukai.”
Jordan Wijaya mengernyit, “Jihan Halim?”
Seketika wajah Sanny Chandra menjadi masam. Sekarang dia memang masih belum bisa melupakan Jihan Halim, tetapi menikah dengannya, itu pasti tidak mungkin!
“Bukan dia, ke depannya aku pasti akan suka orang lain,” kata Sanny Chandra.
Jordan Wijaya menatap Sanny Chandra dari atas, nadanya membawa aura tak terbantahkan, “Kalau begitu suka aku!”
“Abang ipar, ini bukan bilang suka ya suka.” Sanny Chandra memberanikan diri berkata, “Masih harus lihat sifatnya.”
“Maksudmu, kamu tidak akan suka aku? Sama seperti kakak kamu?” Dalam nada Jordan Wijaya membawa ketidaksenangan yang jelas.
Seketika Sanny Chandra terkejut sampai ingin menampar diri sendiri. Hari ini abang ipar baru menyadari dirinya diselingkuhi, dia masih mengatakan kalimat yang menantang seperti ini, masalah terkait harga diri pria, abang ipar pasti akan marah!
“Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Maksudku, ini juga belum pasti, mungkin keduanya tidak cocok?”
“Tidak ada yang tidak cocok, hanya kamu yang mau atau tidak.”
Sanny Chandra sungguh ingin muntah darah. Maksudnya jika dia mau, maka pasti akan menyukainya?
Perlukan dia begitu gede rasa?!
“Aku… aku rasa sangat tertekan bersama abang ipar.” Sanny Chandra menundukkan kepala dengan sedih, “Kamu begitu tampan, serta punya kuasa tinggi, penggemarmu pasti sangat banyak kan? Aku begitu jelek, tidak cukup unggul….”
Ini mungkin adalah momen di mana Sanny Chandra paling berusaha untuk menjelekkan dirinya.
Tatapan Jordan Wijaya mengamatinya dari atas ke bawah, dia berkata, “Kamu sangat cantik, aku tidak punya penggemar.”
Wajah Sanny Chandra sedikit merah, “Penggemar kamu banyak sekali… di kelas kami ada tidak sedikit gadis yang bicarakan kamu. Sangat banyak gadis yang suka kamu.”
Sejak Jordan Wijaya mulai berpacaran dengan Liviani Chandra, dia sering menemani Liviani Chandra menghadiri acara konferensi pers. Oleh karena itu, ketenarannya melonjak drastis dalam beberapa tahun terakhir, membuat tidak sedikit orang mengenalinya. Ada tidak sedikit gadis yang sekelas dengan Sanny Chandra di kampus yang menyukai Jordan Wijaya.
Jordan Wijaya sangat sesuai dengan karakter CEO bossy di dalam novel cinta, dapat memuaskan bayangan para gadis yang suka membaca novel. Ini juga adalah alasan mengapa para fans wanita dari Liviani Chandra menaruh perhatian padanya.
Jordan Wijaya mengangkat alis, “Kamu juga salah satunya?”
“Bukan.” Sanny Chandra bergegas bergeleng, “Kamu adalah abang iparku, bagaimana aku berani punya pemikiran yang berlebihan padamu? Bisa tidak kamu pakai baju dulu?”
Jordan Wijaya mengernyit, jelas-jelas tadi tatapan gadis kecil ini terus tertuju pada badannya, sangat jelas gadis itu menyukai badannya. Sekarang mengapa memintanya memakai baju?
Pura-pura polos untuk menggoda? Pura-pura bersikap kalem? Atau benar-benar bermuka tipis?
Terpikir akan beberapa kemungkinan ini, Jordan Wijaya berkata, “Sudah malam, hapus dandanannya, tidur.”
Melihat Jordan Wijaya tidak hanya tidak memakai baju, sebaliknya berjalan ke arah kasur besar sambil melepaskan ikat pinggang, seketika otak kecil Sanny Chandra memikirkan yang tidak-tidak….
Ya Tuhan! Bagaimana bisa kamu melepaskan celana di depan seorang gadis muda?!
Dasar preman!
Wajah Sanny Chandra merah padam. Sebelum Jordan Wijaya melepaskan celana, dia bergegas memalingkan wajah dan masuk ke dalam kamar mandi.
Sanny Chandra merasa dirinya bahkan tidak bisa konsentrasi dalam menghapus dandanan! Dalam otaknya penuh dengan tampang abang iparnya yang melepaskan ikat pinggang….
Setelah menghapus dandanan dan mandi, Sanny Chandra mengenakan kemeja tadi. Dia membuka pintu kamar mandi dan dengan hati-hati menyembulkan kepala keluar, tepat melihat Jordan Wijaya yang saat ini sedang berbaring di atas kasur sambil membaca sebuah buku di tangannya.
Lengannya yang kekar terpapar di luar, sangat jelas tidak memakai apa-apa di badannya. Sementara bagian bawahnya….
Sanny Chandra teringat akan sesuatu, wajahnya yang sedikit merah karena uap panas air mandi, saat ini semakin tidak bisa menurun suhunya.
Apakah Jordan Wijaya berencana tinggal untuk tidur di sini? Tadi dia sudah mengatakan dengan jelas bahwa dia tidak butuh kepuasan biologis, untuk apa Jordan Wijaya tinggal di sini?
“Sudah mandi, sini tidur.” Sambil berkata, Jordan Wijaya membalikkan satu halaman.
Barulah Sanny Chandra berjalan keluar dari kamar mandi. Begitu berjalan ke samping kasur, dia baru menyadari mungkin Jordan Wijaya pergi mandi di kamar yang lain, rambutnya masih sedikit basah, tidak sepenuhnya dikeringkan.
