Bab 7

Meliza menyerah diri setelah membunuh sang suaminya, ia menceritakan semua kejadian yang dia alami selama masa pernikahan dengan Jacob Wilson. serta menyerahkan semua kamera cctv yang terekam apa yang telah terjadi selama ini.

Di sepanjang hari Meliza di interogasi oleh beberapa orang detektif.

"Meliza, apakah ini bagian dari rencanamu?"

"Tidak!"

"Apa kamu menyesal setelah melakukan pembunuhan ini?"

"Tidak!"

"Meliza Garcia, usiamu masih terlalu muda, apa kamu tidak memikirkan masa depanmu saat dirimu ingin membunuh suamimu?"

"Masa depanku sudah hancur saat aku menikah dengannya," jawab Meliza dengan bersikap tenang.

"Lalu, kenapa Anda ingin menikah dengannya?"

"Papaku adalah seorang penjudi dan berhutang dengan banyak orang. mereka sering datang ke rumah untuk meminta papaku membayarnya. suatu hari mereka mengancam keluargaku, kalau masih tidak melunasi dalam sebulan maka kami akan di bunuhnya. karena papa ku takut maka dia memilih menjualku kepada keluarga Wilson. uangnya digunakan untuk membayar hutang dan juga kuliah kakakku," jelas Meliza.

"Di dalam rekaman ini memperlihatkan korban setiap malam membawa wanita lain pulang ke rumah. kenapa Anda masih ingin bertahan selama ini?"

"Dari awal aku sudah ingin bercerai tapi dia menolak dengan alasan keluarga dia sudah mengeluarkan uang yang banyak untuk membeli ku dari keluargaku. oleh karena itu dia ingin aku menebus dengan cara menyiksaku dan selain itu dia juga membenciku karena menikahiku dia harus berpisah dengan kekasihnya," jawab Meliza.

"Apakah Anda mencintainya?"

"Pria pendusta tidak pantas di cintai," jawab Meliza dengan singkat.

"Apakah Anda menaruh dendam terhadap korban?"

"Tidak, aku hanya ingin pergi dari rumah itu. tapi dia malah membayar seorang pria untuk memperko.sa ku. dan dia juga menghinaku," jawab Meliza.

"Apakah kamu akan menyesal dengan apa yang sudah kamu lakukan? kamu pasti akan menerima hukumannya."

"Kejadiannya tidak bisa diulang lagi. andaikan aku bisa memilih, maka aku lebih memilih di saat itu aku kabur saja dari pernikahan dari pada hidup bersama dengan pria seperti dia," jawab Meliza.

"Meliza, apakah kamu sadar dengan kasus pembunuhan ini Anda mungkin saja akan di penjara selama beberapa tahun lamanya."

"Kalau aku tidak membunuhnya maka di saat itu apakah detektif bisa menyelamatkanku? di saat genting seperti ini aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri. karena aku tidak ada jalan keluar. kemana pun dia pergi tetap ada anggota yang mengawalnya, saat itu jika aku pergi tetap juga tidak bisa terlepas dari genggamannya, dia sangat kaya dan bisa mengupah orang untuk menyakiti aku lagi," jelas Meliza.

"Kenapa di saat itu Anda tidak datang melapor?"

"Datang melapor tanpa memiliki bukti tidak berguna sama sekali, karena keluarganya sangat kaya dan berkuasa, oleh sebab itu aku tetap kalah pada akhirnya," jawab Meliza dengan terus terang.

"Di saat itu Anda bisa melarikan diri, tapi kenapa Anda malah memilih menyerah diri?"

"Lari sehari bukan berarti bisa lari seumur hidup," jawab Meliza dengan bersikap tenang.

"Meliza, ceritakan semua tentang korban dan semua orang sekelilingnya!"

Meliza diinterogasi selama sehari di ruangan itu. ia sangat bekerja sama dengan detektif yang menangani kasusnya. setelah interogasi berakhir pihak keluarga korban dan juga keluarga Meliza dipanggil untuk penyelidikan selanjutnya.

Keluarga Wilson sangat terpukul atas kejadian yang menimpa putra semata wayangnya itu. ibunya menangis dengan histeris saat melihat jasad putra kesayangan yang selama ini selalu dimanjakan.

Sementara keluarga Garcia harus menanggung malu karena perbuatan putrinya itu. orang tuanya merasa kesal dan sangat membenci Meliza yang sudah mencemarkan namanya.

Atas kejadian tersebut akan disidangkan dengan waktu yang sudah di tetapkan, Meliza berbekal bukti rekaman semua kejadian itu untuk melindungi dirinya agar tidak di kenakan hukuman mati.

"Maria, mari kita pulang dulu!" ajak Firgo yang memapah istrinya yang sedang histeris.

"Firgo, lakukan sesuatu agar wanita itu di hukum mati! dia tidak seharusnya membunuh anak kita," pinta Maria yang sedang menangis.

"Kau tenang saja! aku tidak akan membiarkan putra kita tewas dengan sia-sia, walau aku harus menghabiskan seluruh harta ku aku tetap akan pastikan dia dihukum mati," jawab Firgo dengan penuh kebencian.

"Kita sudah salah besar karena nikahkan putra kita dengan dia,' ketus Maria dengan histeris.

Di sisi lain keluarga Garcia menemui putrinya dengan penuh emosi. Meliza menemui mereka dengan kondisi tangan di borgol.

"Sangat memalukan! sejak kapan kau belajar membunuh orang? kalau berita ini tersebar, maka ini sangat memalukan keluarga kita. dan bukan hanya itu, kakak mu juga akan menanggung malu berhadapan dengan orang lain. apa kamu tahu selama ini aku bersusah payah membiayai Martin untuk sekolah tinggi sehingga dia berhasil masuk kerja di sebuah perusahaan. dan kini jika kasus mu tersebar maka bagaimana dengan masa depannya?" bentak Berto dengan nada tinggi.

"Meliza, apa kau memang sengaja ingin mencemarkan nama baik keluarga kita sehingga kau bisa dengan begitu mudahnya membunuh orang. jika sampai masa depan kakakmu hancur maka aku tidak akan melepaskan mu," bentak Mina.

"Untuk apa kalian merasa malu? bukankah aku bukan putri kalian lagi? dan uang sekolah Martin juga dari hasil kalian menjual ku ke pria brengs*k itu. kalian datang hanya ingin menyalahkan ku karena merasa aku sudah mencemarkan nama baik keluarga, untuk apa susah-susah? cukup hapus saja namaku dari daftar keluarga. sejak aku dijual aku sudah bukan putri kalian lagi. setiap aku pulang kalian berdua dan juga putra kalian itu mengusirku," balas Meliza dengan merasa kesal.

"Meliza, kenapa kau tidak sebaik Martin yang selalu menurut? kenapa kau selalu saja ingin membuat kami emosi!" bentak Berto.

"Tidak sebaik Martin? saat usia ku 10 tahun aku harus membantu menanam padi dan bekerja di kebun, sementara dia hanya duduk santai di rumah. kalian sama sekali tidak tega menyuruh dia bekerja. sudah belasan tahun aku membantu keluarga dan apa yang sudah dia lakukan untuk keluarga? bahkan sekolah saja dia tidak sanggup menanggung biayai sendiri. kalau bukan karena aku dijual mana mungkin dia bisa tamat sekolah tingginya dan berhasil bekerja di perusahaan," jawab Meliza dengan merasa kesal.

"Dia adalah anak laki-laki harapan kami, oleh karena itu kau harus berkorban deminya," ketus Berto.

"Kalian adalah orang tua yang sangat luar biasa, mengorbankan anak perempuan demi anak laki-laki. kalian telah menghancurkan hidupku demi anak laki-laki kalian itu," bentak Meliza dengan menghentakan mejanya

Prak...

"Mulai hari ini kita tidak akan bertemu lagi, hapus nama ku di daftar keluarga setan seperti kalian. aku juga tidak mengharapkan kalian lagi. demi putra kalian yang tidak berguna kalian mengorbankan hidupku," bentak Meliza dengan nada tinggi.

Bab Sebelumnya
Bab Selanjutnya