Bab 8

"Meliza Garcia, kau sangat kurang ajar, pantas saja suamimu itu sering membawa wanita lain pulang ke rumah," bentak Mina dengan kesal.

"Selama ini apa kau sudah mengetahuinya? tapi kau masih menutupinya, hebat sekali kalian. kalian adalah orang tua yang paling memalukan demi uang kalian menjual putri sendiri. setelah ini lihat saja di persidangan nanti. aku akan membuat dunia tahu kalian itu orang tua seperti apa," kecam Meliza dengan kesal.

"Kalau kau berani coba saja!" gertak Berto.

"Kenapa aku tidak berani? kalian sama sekali tidak peduli dengan hidupku. dan aku juga tidak akan peduli dengan hidupmu!" ketus Meliza yang kemudian melangkah keluar.

"Anak ini sejak kapan dia berani melawan kita?" ketus Mina dengan kesal.

"Membunuh suami sendiri saja berani dia melakukannya, apa lagi yang dia tidak berani," jawab Berto.

Meliza yang sekali lagi merasa hancur dengan setiap ucapan orang tuanya, ia mengeluarkan air mata dengan berjalan di kawal oleh petugas penjara.

"Mulai saat ini aku sudah bukan siapa-siapa lagi bagi mereka. aku bukan lagi seorang istri ataupun seorang menantu. dan utamanya adalah aku juga bukan anak keluarga Garcia. aku sudah tidak memiliki siapapun di dunia ini," batin Meliza.

Penjara tempat Jackson di kurung.

Jackson yang bebas di dalam penjara ia melangkah masuk ke kantor ketua petugas yang mengawasi dalam penjara.

"Jackson, dalam seminggu ini sudah banyak yang menjadi korbanmu. kalau saja kau melakukannya lagi bagaimana aku harus menjelaskan ke atasan ku nanti," kata David yang adalah ketua petugas di dalam sana.

"Katakan saja terus terang dengannya!" jawab Jackson,dengan sambil menghisap rokok. ia duduk di kursi kerja milik ketua petugas itu dengan kakinya yang menarohkan ke atas meja.

"Ini hanya akan mempersulitkan ku, dia akan menyalahkan ku kenapa tidak menghentikan mu atau melapor ke dia."

"Katakan saja kalau kau berani melapor maka sekeluargamu akan ku bunuh!"

"Jangan bercanda!"

"Masa hukuman mu sudah mau habis, tidak lama lagi kau akan bebas. jangan menimbulkan masalah lagi!"

"Aku hanya akan membunuh orang yang menganggu," jawab Jackson dengan santai.

"Aku mengerti maksudmu, hanya saja setiap korbanmu itu tewas dengan mengenaskan. apa kau tahu setiap mereka ingin mengevakuasi jasad itu mereka semua muntah selama seminggu."

"Membunuh dengan cara seperti itu sangat menyenangkan sekali."

"Apa kau sadar kalau kau tidak berbeda dengan psikopat."

"Aku memang psikopat, selama membunuh aku tidak akan membiarkan mereka mati dengan mudah. aku ingin mencongkel matanya, dan mengeluarkan semua organ dalamnya. sangat menyenangkan di saat aku melakukannya," kata Jackson.

"Iya, aku kehabisan kata-kata untukmu, hanya saja kau harus ingat jangan lagi membunuh dengan cara seperti itu. setiap anak buahku melihat kondisi yang mengenaskan itu membuat mereka muntah sehingga tidak bisa makan!"

"Ha-ha-ha-ha-ha...kalian semua sangat tidak berguna," ujar Jackson yang bangkit dari tempat duduknya.

Sesaat kemudian Jackson melangkah keluar dari kantor petugas itu.

"Selagi dia masih di sini hidupku tidak akan tenang,"gumam David dengan menarik nafas panjang.

Malam hari.

Perusahaan Taylor

Malam hari jam dinding menunjukan pukul 23.00 malam. suasana sepi di dalam perusahaan itu. semua para karyawan telah meninggalkan tempat kerja mereka. sementara di salah satu ruangan kantor yang luas terdapat seorang pria dan wanita sedang berhubungan badan di lantai yang tanpa di alas apapun.

Pria itu melakukan pergerakan maju mundur sambil memegang kaki wanita yang dia jelajahi. dengan begitu na*su dirinya melakukan pergerakan dengan cepat. wanita yang di kuasainya mende.sah dengan nikmat sambil memejamkan matanya.

"Sebelumnya kau sudah pernah melakukannya berapa kali?" tanya wanita itu mengerang nikmat.

" Ini pertama kali bagiku," jawab pria itu sambil melakukan gesekan dengan cepat.

"Usia mu sudah berapa kenapa baru pertama kali?"

"Dua puluh enam tahun," jawab pria itu yang sedang menatap ke arah pusakanya yang sedang keluar masuk di va.gina wanita itu.

"Apa kau menyukainya?"

"Tentu saja aku menyukainya, ini sangat nikmat sekali, aaarrgghh..." jerit pria itu yang mencapai puncak kenikmatan.

Wanita itu merasa puas dengan layanan pria yang jauh lebih muda darinya. wanita tersebut yang tak lain adalah atasan pria itu yang bernama Belva Taylor. sementara pria muda itu bernama Martin Garcia yang adalah karyawan biasa yang baru lulus seleksi bulan lalu.

"Pria ini sangat hebat, dia bisa mengobati kesepian ku di masa yang akan datang," batin Belva.

" Apa kamu merasa puas denganku?" tanya Belva yang melingkarkan ke dua tangannya ke leher pria muda itu.

"Aku sangat puas, malam ini akan menjadi kenangan indah bagiku," jawab Martin dengan senyum dan menghentikan aksinya.

"Usia mu sudah dua puluh enam, akan tetapi kenapa kau tidak pernah melakukan dengan wanita lain? untuk zaman sekarang sedikit pria yang masih perjaka."

"Papaku sangat tegas padaku, dan selain itu aku juga tidak suka menyentuh wanita yang sembarangan. akan tetapi beda denganmu. dirimu terlalu istimewa sehingga aku tidak bisa menolaknya," jawab Martin dengan mulai melakukan gesekannya.

"Kau masih ingin melakukannya?" tanya Belva yang merasakan gesekan di bawah sana.

"Iya, aku masih mau, aku sudah kecanduan," jawab Martin yang mencium leher wanita itu sambil melakukan gesekan di bawah sana.

"Lakukan sepuasmu!" kata Belva dengan pasrah.

"Walau wanita ini usianya jauh lebih tua dariku tapi dia masih sangat memuaskan, tidak rugi jika aku mendapatkan hatinya dengan begitu posisi ku di perusahaan ini akan semakin tinggi," batin Martin.

Keesokan harinya.

Meliza yang sedang menunggu persidangan dirinya di kurung dalam sel yang di markas detektif.

Di pagi hari ia duduk dengan menatap dinding sambil merenung nasibnya yang begitu malang.

"Berapa lama aku harus tinggal di penjara, hidup dalam penjara aku harus melewati hari-hari yang menyedihkan. hidup mati harus bergantung pada diri sendiri, karena tidak ada perlindungan di dalam sana," batin Meliza.

"Ini sudah takdirku untuk menjalani semua ini, saat mulai menikah dengan pria itu di situlah hidupku sudah mulai di ujung tanduk," batin Meliza.

Sesaat kemudian seorang detektif membuka gembok yang mengunci jeruji besi itu, dan kemudian ia membawa Meliza menuju ke ruangan interogasi.

"Pihak keluarga korban ingin menuntut Anda atas kasus pembunuhan itu, mereka tidak puas dan sangat marah. mereka juga meminta ingin bertemu dengan mu. karena tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak di inginkan maka kami melarang mereka bertemu denganmu."

"Aku dan mereka tidak ada yang mau di bahaskan lagi. saat anaknya berkali-kali menyakitiku mereka memilih diam selama ini," jawab Meliza.

"Lagi pula aku dan suamiku itu hanya menikah di atas kertas," kata Meliza

Bab Sebelumnya
Bab Selanjutnya