Bab 4

Saat itu, tubuh putih lembut yang ada di hadapan Abin sudah basah kuyup, terlihat berkilauan dengan warna merah muda yang menyembul dari balik kulit putihnya, seperti sedang bernafas dengan lembut.

Melihat pemandangan ini, otak Abin hampir kosong.

Indah sekali! Lembut banget!

Kemudian dia seperti seorang peziarah yang dengan khidmat mengulurkan tangannya lagi untuk menyentuhnya. Hanya dengan sentuhan sederhana, Shulian mengeluarkan erangan manja tanpa disembunyikan, dan tubuhnya mulai bergetar:

"Ah... ah... hmm..."

Abin tanpa sadar menelan ludah, tapi malah merasa semakin kering tenggorokannya.

Sensitif banget...

Mendengar erangan lembut penuh kenikmatan dari Shulian, Abin merasa kepalanya seperti digelitik.

Melihat wanita yang selalu dia impikan ini, dengan wajah cantik yang menampilkan ekspresi menggoda, dan tubuh bulat yang tak bisa digenggam dengan satu tangan, serta paha panjang putih yang di pangkalnya terdapat tubuh lembut berkilau.

Kepala Abin tiba-tiba panas, memegang kedua paha putih mulus Shulian, dia langsung membuka mulut dan menggigit tubuh lembut berkilau itu...

Detik berikutnya.

Shulian langsung menegang dan mengeluarkan jeritan nyaring yang bergetar:

"Ah... ah ah!"

Melihat ekspresi puas dan nikmat di wajah Shulian, mendengar wanita yang biasanya anggun dan sopan ini mengeluarkan jeritan tinggi, Abin merasa bagian bawah tubuhnya hampir meledak.

Sambil terus menjilat dengan giat, dia juga memasukkan jarinya ke dalam tubuh lembut yang berkilau itu!

Sluurp!

Hanya dengan sedikit tenaga, Abin merasa jarinya langsung tersedot masuk ke dalam kelicinan itu.

Kemudian jarinya dijepit erat sampai tidak bisa bergerak.

Kencang banget!

Abin tidak menyangka bagian bawah Shulian bisa memiliki daya sedot yang kuat seperti itu, bagaimana kalau dia memasukkan miliknya, pasti akan sangat nikmat.

Memikirkan ini, dia semakin bersemangat, sambil terus menjilat, jarinya juga mulai bergerak di dalamnya.

"Hmm... oh..."

Dengan gerakannya, Shulian langsung mengeluarkan erangan kenikmatan, tubuhnya bergetar hebat dan kedua kakinya menjepit kepala Abin dengan erat, seakan ingin menekan kepalanya ke dalam tubuh lembut itu.

Melihat hal ini, Abin merasa seperti mendapat dorongan, dia langsung mengangkat kedua kaki Shulian ke bahunya, lebih memudahkan dirinya untuk menjilat, sementara tangan yang lain berpindah dari paha Shulian yang kencang ke bokong bulatnya.

Bokong Shulian tidak terlihat ada lemak berlebih tapi besar dan bulat, mungkin karena sering berlatih gerakan-gerakan dalam teater, sangat elastis, Abin tidak bisa menahan diri untuk menekan dengan sedikit tenaga.

"Ah... Abin... kamu... kamu pandai sekali... aku... aku akan..."

Shulian yang dipermainkan oleh Abin, tidak lama kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat, bahkan erangannya menjadi lebih keras dan liar.

Meskipun Abin tidak punya banyak pengalaman nyata, dia sudah sering melihat, tahu bahwa Shulian sudah hampir mencapai puncaknya.

Tangan yang tadinya memegang bokong Shulian langsung meremas payudara montok di depan Shulian, sambil meremas dengan kuat, dia juga sesekali mencubit putingnya.

Dengan rangsangan ganda ini, Shulian tidak bisa menahan diri lagi, kedua tangannya mencengkeram erat tangan Abin yang sedang mengacak di dadanya, erangan manjanya menggema di seluruh ruangan: