Bab [18]

Dia berdiri di tempat itu, mata berkaca-kaca, tetesan air mata sebesar butiran kacang tak tertahankan mengalir turun. Meski begitu, dia tetap enggan menunjukkan kelemahan kepada Luna Hartono. Dia berusaha keras menahan napasnya, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menusuk hati seperti pisau tajam...

Masuk dan lanjutkan membaca