106. Kebenaran pt.2

"Aku ambil jalan yang pengecut. Jalan mudah," kepalanya tunduk, rambut hitam pekat itu terjuntai di dahinya.

Kami kini berlutut di lantai, berhadapan satu sama lain. Pipi aku basah dengan air mata yang aku tahan, pedih dan terseksa dengan pengakuannya.

Dia hanya seorang remaja waktu itu. Waktu dia ...

Log masuk dan teruskan membaca