Bab 2
"Apa kamu merindukan aku, sayang?" ucap Daren mencium bibir merah milik Amara.
"Aku sangat merindukanmu, Daren." Suara lembut Amara mampu membuat Daren semakin tidak bisa lepas dari pelukannya.
"Aku juga sangat merindukanmu, sayang. Bahkan setiap detik setiap waktu, aku sangat merindukanmu. Aku ingin selalu bersamamu. Aku tidak peduli apa kata orang tentangmu. Asal kamu selalu bersamaku dan kita selalu bersama, aku akan terus mencintaimu. Apa kamu mencintaiku, sayang?"
Daren menatap mata indah Amara. Bola matanya bulat dengan pancaran yang indah membuat Daren semakin jatuh cinta. Senyumnya selalu mengembang sempurna. Senyum hanya untuk Daren. Milik Daren.
"Aku sangat mencintaimu, Daren. Jangan pernah tinggalkan aku. Aku takut sendirian."
"Tidak, sayang. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Kamar ini, hanya milik kita berdua. Kamar ini yang akan menjadi saksi cinta kita." Daren mendekap erat kedua pipi Amara dengan lembut.
Wajahnya semakin mendekat dan lebih mendekat lagi. Hembusan napas pria itu menerpa hangat menyentuh kulit mulus Amara. Merasakan hembusan halus dan hangat, senyum Amara semakin mengembang.
Cup.
Satu kecupan mesra mendarat tepat pada bibir merah yang selalu menjadi candu bagi Daren. Dengan kekenyalan sempurna yang membuat Daren semakin tidak bisa melepaskan wanita itu begitu saja.
Sekali lagi bibir mereka saling terpaut dan menari indah. Daren lebih memperdalam lagi pangutannya. Hingga suara desahan Amara membangunkan gairahnya.
"Sayang, aku menginginkannya malam ini," bisik Daren tepat di belakang telinga Amara.
Bisikan dan tiupan yang ditimbulkan dari ucapan Daren membuat Amara semakin merintih nikmat.
"Sayang, apa kamu juga menginginkan malam hangat kita?" Daren membawa wajah Amara menatapnya.
Anggukan kecil membuat Daren yakin bahwa Amara juga menginginkan apa yang Daren inginkan. Mereka berdua menginginkan malam penuh gairah.
"Sayang, lihat ini!" Daren menunjukkan sebuah benda yang dia beli dari toko Cintia.
"Cintia bilang, ini akan lebih nikmat dan memberi sensasi yang berbeda. Apa kamu mau mencobanya, sayang?"
Lagi-lagi hanya senyuman yang mampu wanita itu berikan sebagai jawaban bahwa dirinya siap menerima apapun juga yang diberikan Daren pada dirinya.
"Oh, sayang. Wajahmu ini sangat menggodaku." Daren semakin merapatkan tubuhnya pada Amara.
Kembali pria itu melahap semua bagian bibir Amara tanpa tersisa seolah Daren tidak akan membiarkan Amara menolaknya.
"Oh, Daren." Lengkuhan terdengar dari sela permainan cinta mereka.
"Lakukan lagi, sayang!" Daren semakin menikmati desahan Amara.
Pria itu dengan sabar memainkan bagian wajah Amara sebelum menjelajah ke bagian tubuh lainnya. Dia ingin memuaskan wanitanya dari bagian tubuh yang paling atas.
Puas menikmati bibir Amara, Daren semakin turun menelusuri setiap inci kulit mulus Amara. Daren mendaratkan bibirnya pada leher jenjang wanitanya.
"Daren, sayang. Oh ...." Lagi-lagi suara lembut Amara semakin meningkatkan gairah Daren.
"Sayang, katakan lagi Amara!"
"Daren, oh ...."
Amara semakin tidak mampu menahan tarian tubuhnya yang selalu dibimbing oleh tangan kuat Daren. Puas dengan leher jenjang Amara, Daren kembali turun pada kulit mulus bagian dada Amara.
Gundukkan kenyal dua bukit kembar menjadi sasaran tangan dan permainan Daren. Tanpa menunggu lama, pria itu langsung melahap sesuatu yang paling berharga milik Amara. Satu tangan menjelajah yang lain dengan lembut.
"Daren, nikmat, sayang."
Permainan panas yang cukup memakan waktu bagi Daren dan Amara.
Sembari terus memainkan puncak kenikmatan Amara, Daren menelusuri bagian bawah perut wanita itu. Setiap inci kulit tubuh Amara telah dijelajahinya. Sampailah tangan pria itu berada tepat pada daerah sensitif Amara. Puncak kenikmatan wanita.
Dengan lembut Daren mengusap bagian memanjakan
Amara sehingga membuat tubuh wanita itu bergerak hebat merasakan sensasi yang luar biasa.
"Daren, kamu nakal, sayang."
"Nikmat, sayang."
Daren telah membuat Amara terbang melayang. Dia telah menguasai semua bagian yang membuat wanita itu tidak bisa menahan gairahnya lagi.
"Wow! Luar biasa, sayang. Aku suka ini." Mata Daren membuka lebar ketika merasakan sesuatu yang membuatnya semakin gila.
Daren tidak mau menunggu lama lagi. Dengan cepat pria itu menuangkan isi benda yang dia beli dari Cintia. Cairan berbentuk gel itu selalu mereka gunakan untuk menambah sensasi kenikmatan.
Cukup puas dengan sentuhan Amara, Daren langsung menyerangnya tanpa ampun sehingga suara yang diciptakan dua insan itu terdengar merdu.
"Ah, sayang. Nikmat sekali." Amara semakin mendesah.
Bukan hanya Amara, Daren pun ikut merasakan sensasi percintaan mereka yang luar biasa hebat.
Permainan malam yang luar biasa. Daren terus memanjakan Amara dengan permainan yang sangat lembut. Pria itu sangat menikmati apa yang Amra berikan, begitu juga sebaliknya. Hingga puncak kepuasan didapatkan berkali-kali. Daren dan Amara mencapai klimaks yang sempurna.
"Oh, Amara. Kamu selalu bisa membuatku gila, sayang." Daren menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh Amara.
Pria itu telah kehabisan tenaga karena percintaan ranjang yang luar biasa.
"Cintia benar, sayang. Benda ini mampu memberikan sensasi yang luar biasa."
Daren kembali memeluk tubuh mulus Amara tanpa sehelai benang pun menutupinya. Lekuk tubuh wanita itu sangat sempurna. Lekuk pinggang yang kecil dengan bokong sintal dan kenyal. Padat berisi dan seksi.
Bentuk dada Amara yang membumbung membuat pria itu mabuk kepayang. Bentuk dada yang padat dan berisi. Dada Amara sangat indah menjulang. Ukuran yang besar membuat Daren semakin senang memainkan ujung berawan merah muda. Sungguh menggoda.
Daren selalu memeluk Amara dalam kondisi polos tanpa sehelai kain pun karena dia ingin langsung merasakan kelembutan kulit tubuh wanitanya. Daren tidak ingin ada jarak antara mereka.
Di balik selimut tebal, tangan Daren memeluk tubuh Amara dan membawanya tertidur. Mereka bermimpi berdua. Mimpi dalam indahnya cinta.
Malam-malam yang mereka lewati tidak pernah lepas dari kemesraan cinta. Daren selalu mengawali tidur mereka dengan memadu kasih, memadu cinta. Bukan hanya saat malam saja, pria itu juga sering melakukan hubungan intim dengan Amara di pagi hari.
Daren menginginkan tubuh Amara sebagai sarapan pagi dan makan malam yang nikmat.
Hanya dengan bercinta bersama Amara saja, Daren merasakan hidup yang bahagia. Amara adalah kebahagiaannya. Amara adalah cinta sejatinya.
Mereka tidur berbalutkan malam yang dingin. Malam syahdu penuh kerinduan.
Malam ini adalah malam untuk Daren dan Amara. Mereka menikmati malam dengan seribu bintang di hati. Malam mereka akan selalu menjadi sama tiada berbeda.
Daren dan Amara adalah satu yang tak bisa dipisahkan oleh ruang dan waktu. Bagi Daren, Amara akan tetap hidup dalam kehidupannya. Tidak peduli apa kata orang tentang Amara.
