Bab 8

Bibi Shane tersenyum senang ketika mendengar perintah dari Nyonya Watson. Pasalnya, membuat Bella tidak betah menjadi istri Nelson jugalah tujuan utamanya. Itu sebabnya ia menginap dirumah keponakannya ini.

“Ibu tenang saja. Tanpa ibu suruhpun itu sudah ku lakukan.” Bibi Shane menjawab permintaan ibunya.

“Bagus. Kau memang anakku yang selalu patuh dengan perintahku,” puji Nyonya Watson pada puteri keduanya itu.

“Apapun akan kulakukan demi ibu,” balas Bibi Shane.

Wanita yang bernama Shane itu memang hanya mengejar harta ibunya. Beberapa tahun yang lalu setelah kepergian ayah mereka yaitu Tuan Watson, yang mendapat banyak warisan adalah papa kandung Nelson. Tuan Ramos sebagai anak lelaki tertua mendapat warisan paling banyak dari ayahnya. Hal itu mengundang kecemburuan dan kedengkian kedua adiknya, Gerald dan Shane. Keduanya hingga saat ini masih terus mengincar harta Ramos dan mendekati Nelson untuk merampas semuanya.

Itu sebabnya Bibi Shane pura-pura baik dan mendekati Nelson sedari dulu. Ia juga tahu, jika Nelson memiliki istri dan anak, maka penerus takhta Ramos akan hadir ditengah-tengah mereka. Hal itu akan menjadi penghambat Bibi Shane dan Gerald untuk mendapatkan semua harta milik Ramos.

“Kerja bagus, Shane! Perlakukanlah gadis itu dengan sangat buruk sampai ia benar-benar tidak betah menjadi bagian dari keluarga Watson,” pungkas Nyonya Watson. Kemudian sambungan telepon terputus.

Wanita paruh baya bernama Shane itu tersenyum sumringah. Ia semakin semangat untuk mengerjai Bella setelah mendapat perintah dari ibunya. Sejak saat itu ia menambah beban pekerjaan Bella. Begitu juga dengan Rosie, Rana, dan Rane yang terus-menerus memerintah Bella tanpa henti. Sampai gadis itu kelelahan dan merasakan perutnya sakit karena belum ada sesuap nasi yang masuk ke dalam perutnya.

“Bella! Cepat lakukan perintahku tadi. Aku menunggu.” Suara Rane terdengar nyaring dari kejauhan. Ia menyuruh Bella untuk mempersiapkan air hangat mandinya.

Sementara Bella masih duduk tersandar di dapur sambil memegangi perutnya yang terasa melilit. Sudah dua hari sejak Nelson pergi perjalanan bisnis dan Bibi Shane menginap disini, ia belum ada makan secuil makanan apapun. Hanya air putih yang mengganjal perutnya. Namun, tetap saja air putih tidak dapat membuat kenyang. Tidak ada stok makanan apapun yang tersisa. Ia ingin membelinya keluar, tapi Bibi Shane melarangnya. Bella tidak diperbolehkan untuk keluar satu langkah pun dari rumah. Sedangkan mereka makan dengan makanan luar yang lezat dan di dapat dari aplikasi pengirim makanan online.

Bella sangat lapar sekali. Melihat bungkus makanan lezat di tempat sampah milik keempat wanita tersebut, gadis itu berulang kali menelan air ludahnya. Ia sangat menginginkan itu. Namun, sayangnya Nelson belum sempat memberikannya sebuah gadget. Jadi, ia tidak bisa memesan makanan onlne seperti yang Bibi Shane dan ketiga gadis itu lakukan.

Tidak ada respon dari Bella, Rane kembali bersuara. Kali ini disertai kata umpatan yang kasar. “Bella? Kau dengar tidak? Dasar miskin dan tuli, gadis jalang!”

Mendengar hal itu, Bella berdiri dengan cepat. Ia berusaha untuk kuat walaupun wajahnya sudah pucat pasi. Dengan suara yang serak ia berkata, “Iya, Rane. Aku akan melakukannya.”

Gadis itu langsung bergegas untuk menyiapkan air hangat permintaan Rane. Ia datang ke kamar tamu yang di dalamnya ada Rane dan Rana sedang merebahkan tubuh mereka di atas ranjang sembari berselancar disosial media mereka masing-masing. Sementara Bella dengan langkah hati-hati memasuki kamar mandir mereka untuk menyiapkan air hangat.

Hari sudah semakin sore. Jika pada perjanjian kerja di Paradise Team, seorang pembantu diwaktu sore hari tidak di perbolehkan diperintah lagi karena pekerjaannya sudah selesai. Sore menjelang malam adalah waktu istirahat pembantu. Namun, itu tidak terjadi pada Bella. Selama dua hari belakangan ini, keempat wanita itu mempekerjakannya bagai kuda tanpa henti.

Belum selesai Bella mengisi air hangat di dalam bak mandi yang akan Rane gunakan, suara Bibi Shane terdengar nyaring disetiap sudut rumah. Ia memanggil Bella. "Bella!!"

Mendengar hal itu, Bella langsung bergegas untuk menemui Bibi Shane. Namun, Rane mencegahnya. "Hei? Kau mau kemana?"

Langkah Bella yang terburu-buru langsung terhenti. Dengan hati-hati ia menjawab, "Bibi Shane memanggilku. Aku akan menemuinya terlebih dulu, setelah itu akan kulanjutkan untuk mengisi air hangatmu."

"Tidak!" Bentak Rane. Ia melarang Bella untuk tidak keluar dari kamar mandi itu sampai air hangatnya tersedia.

“Kau tidak boleh meninggalkan pekerjaanmu sebelum selesai. Aku tidak suka dengan orang yang bekerja setengah-setengah!” Rane bersuara. Wajahnya penuh kekesalan.

“T-tapi...” Bella menjawab. Namun, Rane lebih dulu memotongnya. “Tidak ada kata tapi!”

Bella benar-benar sangat lelah. Tapi, dia tetap menuruti apa yang dikatakan oleh Rane. Gadis itu pun melangkahkan kakinya untuk kembali ke kamar mandi. Namun, Bibi Shane berteriak lagi memanggil namanya. “Bella? Kau tuli ya?”

Bella sejenak memejamkan matanya. Ia menoleh ke arah Rane. Gadis bermata biru itu sedang menatap tajam Bella sambil melipatkan kedua tangannya ke atas dada. Hal itu membuat Bella sangat dilema.

Ceklek!

Pintu kamar Rane dan Rana dibuka seseorang. Ternyata yang membukanya adalah Bibi Shane. Wanita paruh baya itu melihat Bella yang tengah berdiri di ambang pintu kamar mandi. Matanya langsung membulat sempurna. Garis-garis di wajahnya terlihat jelas. Bibi Shane sangat kesal pada Bella. “Ternyata kau ada disini. Kenapa tidak menyahut? Apa kau tidak memiliki mulut?”.

Bibir Bella bergemetar. Ia bingung harus menjawab apa. Kemudian, Rane dengan tega mengadu hal yang lain pada ibunya tersebut. “Dia mendengarnya, Mommy. Tapi, sengaja tidak mendatangi Mommy. Padahal aku sudah menyuruhnya untuk cepat temui Mommy. Tapi tetap saja, ia hanya diam.”

Perkataan Rane membuat Bella terkejut. Ia tidak menyangka Rane bisa setega itu. Gadis itu mengatakan hal yang tidak sebenarnya terjadi. Sudah jelas-jelas ia yang menahan Bella untuk tidak keluar walaupun suara Bibi Shane memanggil Bella telah terdengar kemana-mana.

Saudara kembarnya pun ikut mendukung Rane, padahal ia adalah saksinya. “Betul, Mommy. Bella seperti membangkang Mommy. Ketika Mommy memanggil namanya, raut wajahnya berubah menjadi kesal dan berdecak seperti orang malas.”

Mulut Bella ternganga. Ia terpaksa untuk berusaha menjelaskn kejadian yang sebenarnya pada Bibi Shane. “B-bukan begitu...”

Belum sempat Bella mengatakan yang sebenarnya, Bibi Shane sudah lebih dulu melangkahkan kaki dan sampai tepat di depan Bella. Kemudian, masih dengan bola mata yang membulat dan rahang yang mengeras, telapak tangan Bibi Shane mendarat di pipi Bella.

Plak!!

Bab Sebelumnya
Bab Selanjutnya